Idul Fitri Moment

Idul Fitri diterjemahkan dengan kembali kepada fitrah atau kesucian, karena telah ditempa dengan ibadah sebulan penuh di bulan ramadhan yang mendapatkan ampunan dan maghfirah dari Allah. Sehingga Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang dianugerahkan oleh Allah swt kepada manusia untuk dikembalikan pada fitrahnya dengan mendapatkan ampunan dari Allah swt, sekaligus sebagai hari bergembiranya umat islam dimana diperintahkan untuk makan dan minum sebagai ungkapan syukur kepada Allah swt setelah menjalani ibadah puasa selama bulan ramadhan. Ada banyak cara manusia dalam memaknai untuk merayakan hari raya Idul Fitri mulai dari membeli baju baru, membuat kue, menyiapkan parsel dan mudik. Akan tetapi tidak lebih dari itu ada makna esensi yang lebih mendalam dalam perayaan idul fitri  yaitu saling mendo’akan dan saling memaafkan karena sebagai manusia pasti berbuat salah baik disengaja maupun tidak disengaja.

Dalam hadist Nabi Saw. Yang berbunyi, “Setiap keturunan Bani Adam (manusia) pernah berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang membuat kesalahan adalah yang bertobat.” Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk Fii ahsani taqwiim, makhluk yang tercipta dalam bentuk sebaik-baiknya yang dibekali dengan akal dan pikiran untuk membedakan baik dan buruk dalam setiap perbuatan atau ucapan yang akan dilakukannya. Namun sebagai manusia juga sebagai makhluk ciptaan Allah yang tidak lepas dari salah dan dosa yang telah diperbuatnya. Oleh Karena itu agama islam mengajarkan dalam hadist tersebut disebutkan sebaik-baik orang yang membuat kesalahan adalah yang bertobat.

Dalam hidup manusia terdapat hubungan secara vertikal atau hablumminallah dan hubungan secara horizontal atau hablumminannaas. Baik disengaja maupun tidak disengaja, setiap manusia pernah berbuat dosa atau perbuatan salah yang bisa tertuju kepada Allah Swt (hablumminallah) karena telah melanggar syariat-Nya. Berkaitan dengan dosa kepada Allah Swt, setiap orang beriman dianjurkan untuk melakukan tobat. Permohonan ampunan atau tobat dalam Islam dilakukan secara pribadi dan tidak memerlukan perantara, sebagaimana ajaran Islam tidak mengenal kultus atau mitos terhadap seseorang. Dan memohon ampun kepada Allah dapat dilakukan kapan saja minimal dengan mengucap istighfar kepada Allah. Perlu diketahui bahwa Allah Swt, Maha Pengampun terhadap hamba-hambanya yang mau bertobat, sebagaimana dikatakan dalam firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (taubat yang semurni-murninya)." (At-Tahrim : 8).

Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azhim menjelaskan, tobat nasuha, yaitu tobat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya dari kehinaan. Sedangkan dalam kitab Riyadhus Shalihin dijelaskan tentang taubat nasuha, jika kemaksiatan itu menyangkut urusan seorang hamba dengan Allah saja, tidak ada hubungannya dengan hak manusia, tobatnya harus memenuhi tiga syarat. Pertama, hendaklah berhenti melakukan maksiat. Kedua, menyesal karena telah melakukan kemaksiatan. Ketiga, berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Apabila tobatnya berkenaan dengan hubungan sesama manusia, tiga syarat tersebut ditambah satu lagi. Orang yang bertobat itu harus meminta kehalalan dari orang yang diambil hak-haknya atau dizalimi yang demikian dalam Islam diistilahkan sebagai haqqul adami atau hak manusia, sedangkan yang pertama haqqul ilahi atau hak Allah Swt.

Rasulullah mengajarkan kita mengiringi keburukan dengan kebaikan, niscaya dengan kebaikan itu akan gugur tiap-tiap keburukan. Karena, seperti sabda Nabi dari Abdullah bin Umar, "Sesungguhnya Allah menerima tobat hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongan." Seperti yang terjadi pada Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam hanyut di laut tersebut. Di saat-saat akhir hidupnya inilah Fir’aun mengungkapkan pertaubatannya kepada Allah Swt. Akan tetapi Allah tolak taubatnya, inilah taubat yang terlambat, taubat disaat pintu taubat telah tertutup. Sebuah penyesalan diakhir, penyesalan selama-lamanya. Sebuah penyesalan yang tidak berarti.

Hari raya Idul Fitri dengan berbagai aktivitasnya, khususnya saling meminta maaf kepada keluarganya, sanak saudaranya, tetangganya dan manusia lainnya. Dengan sendirinya menjadikan hari raya Idul Fitri benar-benar mengandung makna fitri yang berarti kesucian. Orang beriman selama bulan puasa telah menjalani tobat, meminta ampunan Allah Swt. Sebagai simbolisasi dimensi vertikal. Kemudian disusul dengan permintaan maaf kepada sesamanya sebagai simbolisasi dimensi horizontal. Oleh karena itu Idul fitri sebagai  moment kesempatan berharga untuk meminta maaf ketika ada salah kepada sesama manusia. Inilah yang penulis sebut bahwa Idul Fitri merupakan symbol pertaubatan umat untuk saling meminta maaf kepada sesama sehingga ucapan mohon maaf lahir dan batin itu benar-benar ucapan yang sakral tulus dalam hati.



Komentar

Postingan Populer